BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 29 Maret 2011

10. Memahami Hadits secara Benar dan Komprehensif.

Untuk menghindari kesalahpahaman hadits-hadits Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, maka perlu ditafsiri sebagian hadits dengan sebagian yang lain, dan diperjelas kesempurnaan arahnya dengan hadits lainnya pula. Hadits Nabi dipahami secara cermat dan teliti, komprehensif dan menyeluruh; tidak dipahami secara partial atau sepotong-sepotong. Yang lebih penting lagi harus dipahami dengan ruh Islam dan sesuai dengan pendapat para ulama salaf yang saleh. Misalnya :

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam  bersabda :
لاَصَلاَةَ لِجَارِ الْمَسْجِدِ إِلاَّ فِى الْمَسْجِدِ
Artinya : Tidak ada shalat bagi tetangga masjid kecuali shalat di masjid.
Hadits ini, meskipun mengandung pembatasan (hasyr), yakni menafikan shalat dari tetangga masjid, tetapi kandungan umum dari berbagai hadits lain mengenai shalat, mengisyaratkan bahwa hadits tersebut perlu dipahami dengan suatu kayyid atau pengikat. Dalam hadits lain dikatakan bahwa shalat sunnat yang baik dikerjakan di rumah. Maka pengertian yang diinginkan adalah bahwa tidak ada shalat fardhu yang sempurna bagi tetangga masjid, kecuali di masjid.
Begitu pula dengan hadits dibawah ini :
لاَصَلاَةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ
Artinya : Tidak ada shalat dengan (tersedianya) makanan
Maksudnya tidak ada shalat yang sempurna jika makanan telah tersedia. Demikian juga hadits berikut :
لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِاَخِيْهِ مَايُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Artinya : Tidak beriman (maksudnya iman tidak sempurna) salah saorang diantara kalian, kecuali ia mencintai sesuatu untuk saudaranya, seperti ia mencintai dirinya sendiri.
وَاللهِ لاَيُؤْمِنْ  وَاللهِ لاَيُؤْمِنْ  وَاللهِ لاَيُؤْمِنْ, قِيْلَ:مَنْ يَارَسُوْلَاللهِ؟ قَالَ: مَنْ لَمْ يَأْمَنْ جَارُهُ بَوَائِقَهُ  
Artinya : Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, (dengan keimanan yang sempurna). Ada yang bertanya : Siapakah (yang tidak sempurna keimannya) itu ya Rasulullah. Dia menjawab :”Orang yang tidak menyelamatkan tetangganya dari gangguannya.


لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ
Artinya : Tidak  akan masuk syurga pengadu domba
لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ وَعَاقَ لِوَالِدَيْهِ
Artinya : Tidak akan masuk syurga pemutus tali persaudaraan dan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
Menurut para ulama, yang dimaksud tidak akan masuk syurga itu adalah tidak akan masuk secara baik dan utama atau tidak akan masuk syurga jika menganggap halal atau boleh melakukan perbuatan mungkar seperti itu. Jadi ulama tidak memahami hadits ini secara arti lahir, tetapi mereka memahami secara takwil.
Maka harus seperti itu pulalah memahami hadits tentang bid’ah. Keumuman kandungan berbagai hadits serta kondisi dan sikap para sahabat Nabi mengesankan bahwa yang dimaksud dengan bid’ah dalam hadits bahwa “setiap ? bid’ah adalah dhalalah”, maksudnya adalah bid’ah sayyiah (bid’ah yang buruk), yang jelas-jelas tidak ada landasan pokok dari ajaran Islam.
Cobalah perhatikan hadits ini :
مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً كَانَ لَهُ أَجْرُهَاوَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَاإِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Artinya : Barangsiapa yang menetapkan atau melakukan suatu kebiasaan (sunnah) yang baik, maka ia berhak mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat.
Betapa besar pahala yang diberikan oleh Allah, hanya dengan melaksanakan suatu perbuatan yang baik, yang dasar atau pokoknya berasal dari Al Qur’an dan Al Hadits, maka dia akan mendapat pahala yang mengalir terus selama orang yang mencontoh kebaikan tersebut mengerjakannya. Kita bayangkan, betapa besar pahala Umar radhiyallahu anhu, dimana beliau berijtihad dengan menjadikan shalat tarawih 20 rakaat secara berjamaah. Sejak dari zaman beliau sampai hari ini, berapa milyar orang yang telah mengikuti contoh beliau, sehingga hari ini masih dikerjakan orang, dan Insya Allah sampai hari kiamat. Subhanallah!!! 

0 komentar: